Perdagangan rempah-rempah global di Asia melalui Samudra Hindia ke Samudra Pasifik yang menghubungkan tiga benua utama (Asia, Afrika, Eropa), telah meninggalkan jejak peradaban yang signifikan. Dari masa ke masa, Nusantara telah memainkan peran penting dalam ekonomi dunia karena posisi strategisnya di salah satu rute maritim tersibuk di dunia. Lokasinya yang strategis menghubungkan Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tengah hingga ke Eropa. Nusantara juga merupakan sumber komoditas yang paling dicari dan paling berharga: rempah-rempah. Diperkirakan, sepanjang sejarah dalam skala dunia, 400-500 spesies tanaman telah digunakan sebagai rempah-rempah. Setidaknya di Asia Tenggara jumlahnya mendekati 275 spesies (Prosea, 1999).

Begitu pentingnya dan tak tergantikan, rempah-rempah bahkan sangat memengaruhi politik, ekonomi, dan budaya dunia. Tidak ada komoditas yang memainkan peran lebih penting dalam perkembangan peradaban modern selain rempah-rempah (Parry, 1969; Rosengarten, 1973). Tak pelak, lalu lintas padat dari Asia Timur, Asia Selatan, Timur Tengah hingga Eropa dan sebaliknya melintasi Nusantara yang disebut “Jalur Rempah”, telah berubah menjadi sarana pertukaran dan pemahaman antarbudaya yang menyatukan berbagai gagasan, konsep, pengetahuan dan pengalaman antar manusia dari berbagai bangsa.