Setiap manusia memiliki tingkat resistensi yang berbeda terhadap kepedasan. Umumnya, bila manusia semakin sering mengkonsumsi makanan yang pedas, lidah juga akan semakin kebal atau terbiasa dengan efek terbakar yang ditimbulkan. Hal ini disebabkan karena tubuh memproduksiendorfin sebagai senyawa aktif pereda rasa sakit. Tak heran bila banyak orang yang menikmatinya, meski sebagian orang juga ada yang tidak tahan dengan sensasi tersebut.
Ternyata, rasa pedas ini tidak hanya dinikmati oleh manusia, tetapi juga oleh hewan, seperti tikus pohon (Tupaia glis). Berdasarkan penelitian di Cina, mamalia ini memiliki mutasi genetik pada reseptor TRPV1 yang dapat membuat efek yang sama seperti manusia pada umumnya ketika mengkonsumsi cabai, seperti berkeringat dan muncul rasa terbakar di mulut. Keadaan ini memungkinkan tikus pohon memiliki peluang bertahan hidup yang lebih lama di alam bebas karena lebih banyak varian makanan yang dijadikan sebagai bagian dari diet
Reseptor terhadap zat capsaicin ini juga ditemukan dengan tingkat yang lebih rendah pada burung. Mereka juga tidak dapat sepenuhnya merasakan panas akibat capsaicin. Bagi yang memiliki burung peliharaan, Anda dapat mencoba untuk mencampurkan benih burung dengan beberapa biji cabai agar tidak direbut binatang lain.
Sumber:
National Geographic. (2018). One is the Human and the Other, Says A New Study, is the Tree Shrew
Mahi. (2020). The Two Animals that Can Eat Hot Sauce - Other than Humans