Lumut, jamur, maupun organisme lainnya menjadi musuh utama bagi Bangunan Cagar Budaya (BCB). Organisme perusak ini dapat memperpendek umur BCB. Salah satu BCB yang mengalami masalah ini adalah Candi Borobudur. UNESCO sebelumnya pernah memberi teguran kepada Balai Konservasi Borobudur (BKB) karena menggunakan bahan kimia dalam proses pembersihan organisme pada dinding Candi Borobudur.
Sebelumnya, mereka melakukan 3 tipe pembersihan, yaitu secara mekanis kering, mekanis basah, dan bahan kimia. Bahan kimia yang digunakan adalah AC 322, yang disinyalir selain merusak dinding candi, juga berbahaya terhadap lingkungan sekitar karena memiliki tingkat keasaman yang tinggi. Oleh sebab itu, para peneliti Balai Konservasi Borobudur berinisiatif untuk mencari solusi dalam upaya mencari pengganti bahan kimia ini supaya lebih aman dan ramah lingkungan.Setelah menjalani penelitian selama kurang lebih 5 tahun, para peneliti dari Balai Konservasi Borobudur berhasil menciptakan pestisida alami yang dapat membersihkan Candi Borobudur ataupun bangunan berbahan batu lainnya dari organisme seperti lumut dan jamur. Bahan yang digunakan adalah minyak atsiri yang berasal dari serai, konservan alami ramah lingkungan yang mudah menguap/volatil.Pada 2015, para peneliti pertama kali mencari cara untuk menghambat pertumbuhan jamur Penicillium sp. dan lumut kerak pada batu andesit dengan menggunakan minyak atsiri nilam, minyak temulawak, dan minyak terpentin. Dari penelitian ini, didapatkan kesimpulan bahwa nilam merupakan bahan minyak atsiri yang paling efektif.Penelitian lanjutan yang dilakukan oleh peneliti tahun 2016 bertujuan untuk mengetahui daya hambat minyak atsiri terhadap pertumbuhan alga. Minyak atsiri yang digunakan berasal dari campuran cengkeh, biji pala, temulawak, dan nilam. Dari hasil kajian, diperoleh kesimpulan bahwa minyak atsiri dari temulawak menjadi yang paling efektif dalam menghambat pertumbuhan alga.Di tahun 2019, dilanjutkan dengan pengujian emulsi minyak atsiri serai dengan larutan surfaktan tween 80. Hasil penelitian ini dianggap sebagai yang paling memuaskan. Dengan menggunakan 200 liter campuran ini, bisa membersihkan hampir seluruh permukaan Candi Borobudur dari lumut serta jamur. Dalam praktiknya, pembersihan ini dilakukan pada siang hari dengan cara disemprotkan dan didiamkan selama 1-2 hari. Dalam pengujian ini, lebih efektif pada bangunan berbahan batu andesit.Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Hilmar Farid turut mengapresiasi penemuan ini. Beliau menambahkan, penemuan ini adalah salah satu inovasi penting dari para ahli Balai Konservasi Borobudur yang dapat mendunia."Penggunaan bahan organik dipercaya lebih aman dan ramah lingkungan. Melihat dari segi harga, juga lebih hemat. Minyak atsiri ini juga tidak tumbuh di laboratorium, melainkan tumbuh di masyarakat. Jadi, kalau misalnya kita harus keluar biaya untuk itu, nanti yang merasakan juga masyarakat. Harapannya, minyak ini juga akan digunakan untuk membersihkan batu-batu candi, baik yang dikelola Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) maupun oleh badan lainnya. Bahkan, tidak menutup kemungkinan bisa digunakan di situs-situs di luar negeri. Ini bisa jadi inovasi yang kita ekspor, bukan mencari duitnya, tapi ini justru untuk memperlihatkan bahwa dari Candi Borobudur, lahir begitu banyak inovasi. Dari lokal untuk internasional." (Balai Konservasi Borobudur)Sumber: Balai Konservasi Borobudur. (2021). Conservation Showcase - Inovasi Bahan Antilumut yang Aman dan Wangi#negerirempah #jalurrempah #rempahrempah #rempahnusantara #spicerouteid #spiceroute #konservasiborobudur #konservasi #borobudur #candiborobudur #candi #balaikonservasiborobudur #minyakatsiri #atsiri