Jakarta - Humas BRIN. International Forum on Spice Route (IFSR) merupakan forum yang membahas berbagai kajian dan riset terkait jalur rempah, terutama jalur rempah Indonesia. Program ini bermula tahun 2019 dari inisiasi Yayasan Negeri Rempah (YNR) bersama jejaring termasuk Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Lalu tahun 2022 YNR mulai berkolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
"Semenjak itu, IFSR menjadi bagian dari kegiatan rutin tahunan BRIN, yang salah satunya AB Lapian Memorial Lecture. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan mengembangkan jejaring pada kalangan akademisi dan peneliti untuk membangun komunitas epistemik dengan tema Jalur Rempah," kata Kepala Pusat Riset Masyarakat dan Budaya (PRMB), Lilis Mulyani, pada Jumat (22/09).
Lilis menjelaskan dari setiap penyelenggaraan IFSR BRIN terus memperkaya materi kajian dan riset, ada banyak tema yang menjadi objek kajian rangkaian IFSR tahun 2023 ini. Untuk itu, sejak awal penyelenggaraan, BRIN menggandeng lebih banyak mitra untuk menyemarakkan momentum internasional tersebut.
Pada seminar dan diskusi yang berlangsung membahas tema terkait pertemuan global dan pertukaran budaya serta warisan budaya. Sementara, tujuan penyelenggaraan tahun ini untuk mendorong terakumulasinya pengetahuan tentang jalur rempah nusantara dan dunia.
"Pusat Riset Masyarakat dan Budaya berkeinginan mempertemukan gagasan, pengetahuan, hasil riset dari para akademisi, peneliti, praktisi, mahasiswa, diplomat, pemerintah, dan masyarakat yang terkait jalur rempah," tambahnya.
Semarak ini diungkapkannya sebagai pendorong terwujudnya harapan untuk menjaring berbagai pengetahuan dan pada akhirnya dapat mendukung nominasi Jalur Rempah Indonesia sebagai World Heritage melalui UNESCO.
Sesuai tema besar yang dibahas yaitu "Menghubungkan Kembali Jalur Rempah: Kontribusi Maritim Asia Tenggara terhadap Transformasi Global", membuka peluang kajian lebih meluas lagi untuk melihat jalur rempah dari berbagai sudut pandang kajian.
Tema tersebut diangkat untuk melihat bahwa masih banyak jalur rempah dari aspek romantis historis masa lalu, padahal jalur rempah adalah jalur yang eksis hingga saat ini.
"Karena itu kita mencoba melihat eksistensi jalur rempah kontemporer ini dan bagaimana studi atau pengetahuan serta praktik-praktik tentang jalur rempah dapat berkontribusi bagi perkembangan dunia secara regional (wilayah maritim Asia Tenggara) dan global," ungkapnya.
Lebih jauh Lilis berpendapat bahwa dalam konteks riset seluruh topik yang didiskusikan pada kegiatan ini menarik dan penting untuk kedepannya, sedangkan dalam jangka pendek sesuai dengan tema riset di PRMB fokus tentang "komunitas maritim menjadi kunci".
"Dalam diskusi tentang jalur rempah aspek human paling perlu mendapatkan perhatian lebih serius dibanding aspek komoditasnya. Ini yang masih hilang dalam kebijakan maritim pemerintah. Sementara kita masih terfokus pada aspek lembaga, ekonomi, atau komoditasnya," pungkasnya. (suhe/set)
Sumber: https://brin.go.id/news/115397/brin-dorong-jalur-rempah-indonesia-masuk-nominasi-world-heritage-dari-unesco