Universitas Kristen Maranatha melalui Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) menjadi tuan rumah diselenggarakannya forum internasional bertajuk International Forum on Maritime Spice Trading Routes and Cultural Encounters in Indo-Pacific: Past, Present, and Future. Forum ini terselenggara secara daring pada 15-16 Juni 2021 berkat kerja sama dari berbagai pihak, yakni FSRD Maranatha, Center for Chinese Diaspora Studies (CCDS) Maranatha, International Council on Monuments and Sites (ICOMOS), Fujian Normal University (Tiongkok), dan Yayasan Negeri Rempah.

Dr. Dra. Christine Claudia Lukman, M.Ds., dosen FSRD selaku Ketua Panitia Pelaksana mengatakan, “Forum akademik ini bertujuan untuk menggali nilai-nilai istimewa yang dapat ditemukan di negara-negara sepanjang Jalur Rempah-Rempah dan menghadapkannya dengan tantangan dan kemajuan zaman, tantangan dan kesempatan di saat ini dan di masa mendatang.”

Rektor UK Maranatha, Prof. Ir Sri Widiyantoro, M.Sc, Ph.D., IPU, dalam sambutannya mengatakan, Jalur Maritim Rempah-Rempah menjadi signifikan karena di sepanjang jalur, berbagai bangsa saling bertemu dan meninggalkan banyak warisan budaya dan nilai hidup yang ada hingga saat ini. Nilai-nilai tersebut tidak tergantikan dan merupakan kekayaan warisan dunia yang perlu diakui dan dilestarikan.

“Oleh karena itu, Pemerintah Republik Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berencana untuk mendaftarkan Jalur Maritim Rempah-Rempah sebagai warisan dunia kepada UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization). Hal ini dilakukan karena banyak masyarakat yang telah melupakan Jalur Maritim Rempah-Rempah sebagai program identitas bangsa Indonesia,” jelas Prof. Sri.

Dalam forum ini, sepuluh keynote speaker dan para pemakalah akan membagikan hasil penelitian dari berbagai sudut pandang mengenai topik yang berhubungan dengan Jalur Rempah-Rempah. Topiknya terdiri atas: seni dan desain, sejarah, budaya, edukasi, bahasa, ekonomi, obat-obatan, warisan budaya, dan disiplin ilmu. Forum ini juga berhasil mengumpulkan 50 paper dan 150 artwork dari peserta yang berasal dari berbagai belahan dunia. Artwork yang dikumpulkan melibatkan para peneliti muda untuk memvisualisasikan hasil penelitiannya tentang pertemuan budaya yang dihasilkan Jalur Rempah-Rempah melalui media poster, essay photography, dan videografi. Sementara itu, 50 paper yang terkumpul dipresentasikan dengan bahasa Indonesia, Inggris, dan Mandarin.

Sepuluh keynote speaker yang memberikan presentasi dalam forum internasional terdiri atas: Djauhari Oratmangun, Ambassador of Indonesia for People’s Republic of China and Mongolia; Hilmar Farid, Ph.D., Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbud; Prof. James Chin dari Zhejiang University, Tiongkok; Prof. Shi Xue Qin, Xiamen University, Tiongkok; Dr. Junus Satrio Atmodjo dan Dr. Ninny Susanto Tejowasono dari Negeri Rempah Foundation; Dr. Dedi S. Adhuri, Indonesian Academy of Science; Prof. Johanes Widodo, National University of Singapore; Prof. Dr. Leonard Y. Andaya, University of Hawaii; dan Prof. Xu Liping, China Academy of Science.

Christine menambahkan, hasil dari forum internasional ini akan diseminasikan kepada masyarakat luas melalui media eprosiding, e-book chapter, dan pameran daring. “Diharapkan melalui luaran ini, masyarakat internasional akan menyadari signifikasi jalur rempah-rempah dan mendukung upaya Pemerintah Republik Indonesia agar pada tahun 2024 atau 2025 dapat diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia,” tutupnya. (gn)

Sumber: Melestarikan Jalur Rempah-Rempah Lewat International Forum on Maritime Spice Trading Routes and Cultural Encounters in Indo-Pacific – MCU News (mostar.co.id)