Hari Pendidikan Nasional tidak dapat dilepaskan dari sosok Raden Mas Soewardi Soerjaningrat atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Hadjar Dewantara. la termasuk yang frontal dalam menentang pembatasan yang dilakukan Belanda, terutama aturan dimana hanya orang-orang keturunan Belanda dan kaum priyayi yang dapat mengenyam pendidikan. la sempat diasingkan ke Belanda, setelah aksinya memprotes perayaan kemerdekaan Belanda melalui tulisan yang bertajuk Als ik een Nederlander was (Seandainya Aku Seorang Belanda).

Namun, nyalinya tak padam. Di sana, ia bergabung dalam Indische Vereeniging, perkumpulan pelajar Indonesia di Belanda. Setelah ia kembali ke Indonesia (1918), ia membuat Taman Siswa (1922). Pendirian Taman Siswa bukan hanya dimaknai sebagai pembangunan sekolah atau perguruan belaka, tetapi merupakan sebuah gerakan untuk memajukan kualitas pendidikan anak-anak Indonesia. Nasionalisme menjadi basis dari kurikulum yang diusung Taman Siswa.

Semboyan 'ing ngarso sung tulodo' (di depan menjadi contoh atau panutan), 'ing madyo mangun karso' (di tengah membangkitkan semangat), dan 'tut wuri handayani' (dari belakang memberikan dorongan) menjadi prinsip yang dipegang teguh oleh para pengajar atau guru.

Kini, setiap tanggal kelahirannya dirayakan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Atas perjuangannya, ia diabadikan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Tut wuri handayani dijadikan slogan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemdikbudristek).

Data: (berbagai sumber)