La Galigo adalah sebuah epik mitos penciptaan peradaban Bugis di Sulawesi Selatan. Naskah ditulis antara abad 13-15 M. Naskah ditulis dalam bentuk puisi berbahasa Bugis kuno dengan huruf Lontara kuno. Naskah ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian awal bersifat kosmologi menceritakan asal-usul kehadiran manusia di bumi dan bagian kedua mengenai sistem yang sangat penting dalam kehidupan sosial Bugis.
Hingga kini, La Galigo masih dinyanyikan pada berbagai upacara adat. Tradisi pembacaan La Galigo dilakukan sambil dinyanyikan untuk mengusir penyakit dan roh jahat. Proses ini dikenal dengan istilah 'laolang' atau 'selleang.
La Galigo juga memuat kisah kemaritiman. Tercatat Sawerigading, ayah I La Galigo yang merupakan seorang kapten kapal. Ia mengarungi lautan menggunakan perahu ke berbagai tempat, meliputi Ternate (Maluku), Bima (Sumbawa), Jawa dan Malaka. Terdapat juga kisah mengenai orang-orang Bugis yang bermukim di pesisir pantai Sulawesi. Kapal-kapal banyak berlabuh karena pusat pemerintahan yang dekat dengan muara sungai.
Naskah berisi 6.000 halaman atau 300.000 baris teks ini membuat La Galigo menjadi salah satu naskah kuno terpanjang di dunia. Naskah La Galigo telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan dokumenter dari Indonesia sebagai Memory of the World (MOW pada tahun 2011.
Foto: Wikipedia
Sumber: GNFI. (2019). I La Galigo, Karya Sastra Terpanjang di Dunia dari Bugis Pameran Utama Perpustakaan Nasional RI
#negerirempah #jalurrempah #rempah #rempahrempah #rempahnusantara #spice #spiceroute #spicerouteid #lagaligo #bugis