"Perdagangan rempah di Indonesia meninggalkan jejak peradaban dalam bentuk peninggalan situs bersejarah, upacara budaya, serta melahirkan produk budaya yang dihasilkan oleh sumber daya alam yang melimpah," kata pendiri Yayasan Negeri Rempah, Bram Kushardjanto dalam bincang-bincang bertajuk ‘Makan Sepinggan: Membaca Indonesia di Balik Rempah dan Makanan Nusantara' di Jakarta, Kamis (10/10).
"Pohon cengkih Afo bukan hanya tertua di dunia, tetapi memiliki nilai sejarah. Pada masa penjajahan, Belanda sempat membakar seluruh hutan rempah dan hanya tersisa ini untuk dijaga dan dilestarikan keberadaannya," ujar pendiri Komunitas Cengkeh Afo & Gamalama Spices, Kris Syamsudin kepada Harian Nasional.
Kris menyadari, diperlukan langkah nyata untuk menjaga eksistensi situs warisan ini. Karena itu pula, ia beserta kawan-kawan di satu komunitas rutin menghadirkan pelatihan yang bersifat edukatif, serta mengingatkan masyarakat bahwa menjaga kelestarian hutan itu sangat penting.
"Setelah itu bersama-sama masyarakat sekitar menjadi polisi hutan," kata dia, menambahkan.
Sumber: Harian Nasional, 17 Oktober 2019