Di penghujung tahun 2020, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan bekerja sama dengan Yayasan Negeri Rempah menerbitkan buku panduan praktis diplomasi budaya Indonesia. Buku ini diterbitkan dalam rangka pelaksanaan program diplomasi budaya antarbangsa yang akan membekali para duta bangsa yang berasal dari beragam latar belakang antara lain pelajar, seniman, peneliti, hingga pelaku usaha. Siapa pun bisa menjadi duta bangsa asalkan memiliki pengetahuan dan wawasan tentang keindonesiaan agar dapat mengusung nama Indonesia di pentas global.
Pengajuan Jalur Rempah (Spice Route) sebagai Warisan Dunia didasari oleh pemahaman bahwa jalur perdagangan rempah Nusantara terletak di salah satu jalur maritim tersibuk dunia yang membentang di antara kepulauan Nusantara dengan dua samudera yaitu Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, sejak awal Masehi. Jalur rempah yang dimaksud bukanlah semata jaringan perdagangan, namun juga merupakan tempat bertemunya manusia dari berbagai bangsa. Jalur Rempah menjelma sebagai ruang silaturahmi antar manusia lintas bangsa sekaligus sarana pertukaran dan pemahaman antarbudaya yang pada akhirnya mempertemukan berbagai ide, konsep dan praksis, melampaui konteks ruang dan waktu – dipertemukan oleh sungai, laut, dan samudera.
Sebagai cultural route atau jalur budaya yang sangat penting, maka Jalur Rempah memiliki peluang besar untuk diajukan sebagai Warisan Dunia ke UNESCO oleh Indonesia secara kolektif dengan dukungan negara-negara sahabat. Pengajuan bersama (joint nomination) ini mensyaratkan adanya dukungan dari negara-negara lain di luar Indonesia, terutama dari negara-negara yang memiliki kesamaan, keterkaitan dan keterhubungan secara budaya (common heritage) dengan Jalur Rempah.
Sejarah Jalur Rempah dari masa ke masa merupakan contoh nyata bahwa diplomasi budaya telah dipraktikkan di segala lini oleh individu, komunitas masyarakat, hingga tingkatan negarabangsa. Belajar dari dinamikanya di masa lalu, kiranya amatlah relevan bila Jalur Rempah menjadi rujukan dalam mencari warna diplomasi Indonesia yang mengedepankan interaksi dan kehangatan dialog di berbagai bidang, dan berbagai lapisan masyarakat. Jalur Rempah dapat menjadi pijakan dalam melihat kembali berbagai kemungkinan kerjasama antarbangsa untuk mewujudkan persaudaraan dan perdamaian global yang mengutamakan pemahaman antarbudaya; penghormatan dan pengakuan atas keberagaman budaya beserta warisannya; memiliki semangat keadilan, kesetaraan dan saling berkontribusi, serta menjunjung tinggi harkat martabat kemanusiaan.
Jauh sebelum bangsa-bangsa Eropa turut mewarnai dinamika perdagangan rempah di Nusantara, sejarah mencatat peran besar Sriwijaya yang senantiasa menjadi rujukan ketika membicarakan masa lalu Indonesia sebagai negara maritim. Kedatuan ini mumpuni dalam beberapa aspek strategisnya: politik, ekonomi, teknologi, sosial dan budaya. Bukti-bukti arkeologis pun memberikan petunjuk bahwa abad ke-6 dan ke-7, Asia Tenggara melalui Sriwijaya menjadi pengendali ekonomi yang mampu menggerakkan dinamika regional. Salah satu kekuatan yang dimilikinya adalah kemampuan berdiplomasi dengan mengedepankan kedermawanan dalam menjaga stabilitas kawasan.
Diplomasi “tangan di atas” yang dicontohkan oleh Sriwijaya ini adalah bentuk diplomasi yang dapat dijadikan panutan oleh Indonesia dalam rangka berkontribusi pada kekayaan sejarah milik bersama (common heritage) yaitu Jalur Rempah. Dalam diplomasi berbasis kontribusi ini, Indonesia sebagai penggerak perdagangan rempah di masa lalu memiliki peran strategis untuk mengajak negara-negara yang berada di perlintasan Jalur Rempah untuk menghidupkan kembali memori kolektif masa lalu bahwa kita pernah bersama-sama membangun peradaban melalui pertukaran gagasan, nilai, agama, bahasa, tradisi, termasuk teknologi.
Diplomasi “tangan di atas” ini menuntut keseriusan pemerintah agar berkontribusi lebih banyak dalam menghidupkan warisan sejarah bersama. Tidak untuk mengangkat Indonesia dan menjatuhkan yang lain tapi untuk mengangkat Jalur Rempah sebagai milik bersama di masa lalu, masa kini dan masa depan. Inisiatif untuk aktif berkontribusi dilandasi oleh kesadaran bahwa tidak ada satu negara pun yang dapat berdiri sendiri tanpa adanya dukungan negara lain, dan oleh karenanya dibutuhkan kerjasama antarbangsa yang lebih bermakna.
*Buku Panduan Diplomasi Budaya Indonesia ini dapat diperoleh dalam bentuk digital. Hubungi kami melalui surat elektronik untuk mendapatkannya.