Senin, 20 September 2021
13.00-16.00 WIB
Pembicara :
Moderator : Rina Rachmawati SP.MP. M.Eng (Fact Indonesia / Brawijaya University)
Indonesia bagian barat merupakan bagian dari Laurasia dan Indonesia bagian timur merupakan bagian dari Gondwana. Keduanya adalah benua purba yang telah mengalami perubahan besar, salah satunya adalah membentuk Indonesia. Berasal dari dua benua purba berbeda, kedua wilayah juga menghasilkan komoditas berbeda, termasuk rempah. Fitogeografi mempelajari persebaran tanaman tergantung kondisi geografis. Di bagian barat, rempah yang diproduksi adalah kayu manis, lada, kapur barus, kemenyan, dan gambir. Di bagian timur, rempah yang diproduksi adalah cengkih, pala, kemiri, dan cendana. Wawan Sujarwo membagi rempah di Indonesia menjadi tiga jenis, yakni rempah dari luar Indonesia (bawang, cabai, ketumbar, dll); dari Asia (andaliman, kemangi, kapulaga, dll); dan asli Indonesia (cengkih, jahe, kayu manis, dll). Sayangnya, keragaman rempah tersebut mulai terancam karena maraknya perkebunan sawit dan penambangan.
Rempah banyak digunakan di negara-negara lain, seperti Georgia. Zaal Kikvidze menceritakan di timur Georgia, dengan kondisi geografisnya, dapat ditanami berbagai jenis rempah, tetapi Georgia, baik timur dan barat, menggunakan rempah untuk makanannya.
Namun Georgia tidak pernah menjadi bagian penting yang memproduksi rempah dalam perdagangan internasional. Etnobotani, yang mempelajari hubungan manusia dan tanaman, misalnya Lixin Yang menjelaskan konservasi hutan sakral dari suku Yi, Dai, dan masyarakat Tibet. Organisasinya, Center for Biodiversity and Indigenous Knowledge (BKI) bertujuan melakukan konservasi dengan menerapkan etnobotani; melakukan riset terapan; mempromosikan konservasi dan perlindungan keragaman makhluk hidup dan mendorong keberlanjutan pengetahuan tradisional; serta aktif dalam program One Belt, One Road.