Senin, 21 September
11.00 – 12.00 WIB
Pembicara:
1. Prof. Jatna Supriatna, M.Sc., Ph.D (Chairman of Research Center for Climate Change (RCCC), University of Indonesia.
Jalur Rempah adalah jalur keragaman. Bukan hanya manusia, tetapi juga spesies hewan dan tumbuhan (keanekaragaman hayati). Perubahan iklim yang sedang terjadi menjadi perhatian pula dalam pengembangan Jalur Rempah. Peningkatan suhu akibat terperangkapnya panas dari sinar matahari di bumi – atau kerap disebut efek rumah kaca – membuat bumi makin panas. Kerja sama internasional menetapkan kenaikan suhu 1,5 derajat Celcius sebagai batas kenaikan suhu bumi. Bagi Indonesia, kerugiannya dapat mencakup potensi punahnya 37% spesies hewan pada 2050 dan tenggelamnya beberapa pulau. Menyempitnya hutan – atau deforestasi – memaksa hewan keluar hutan dan berinteraksi dengan manusia secara tiba-tiba dan berpotensi melahirkan virus baru. Kekeringan juga akan mengurangi produksi rempah dan berbagai komoditas hortikultura lainnya. Tidak hanya di darat, dasar laut juga terdampak perubahan iklim. Terumbu karang mati dan memutih (bleaching). Ikan tidak bisa bertelur karena rusaknya terumbu karang.
Selaras dengan Jalur Rempah, penanganan perubahan iklim perlu kerja sama internasional. Indonesia bisa mengambil peran pula dalam penanganan perubahan iklim. Peran yang bisa diambil mulai dari pengurangan emisi karbon, industri ramah lingkungan, dan penanaman kembali hutan atau reboisasi. Untuk mencapai target pengurangan emisi karbon 29-41%, Indonesia perlu bekerja sama dengan negara lain.