23 September 2020
13.00 – 15.00 WIB
Pembicara:
1. Edy Setiojo (Direktur Utama Taman Wisata Candi Borobudur dan Ratu Boko)
2. I Gusti Putu (Navigator Ekspedisi Samudraraksa)
3. Dicky Surya Atmadja (ICOMOS Indonesia)
Moderator: Muhammad Iqbal Darmawan
Kejayaan peradaban maritim di Nusantara tercatat dalam berbagai bukti, seperti misalnya pada Candi Borobudur. Dalam relief Candi Borobudur, salah satunya mengisahkan kapal Samudraraksa yang tangguh dengan teknik pembuatan yang unik karena tidak menggunakan paku. Seorang peneliti berusaha membuat tiruan kapal tersebut pada 8 November 1982. Tiruan tersebut, dibangun berdasarkan teknik dan bahan pembuatan Samudraraksa, berhasil berlayar dari Jakarta ke Cape Town di Afrika Selatan.
Kapal replika Samudraraksa sepenuhnya menggunakan kemudi layar, menempuh waktu 14 bulan sepanjang tahun 2003-2004 dengan menempuh jarak 44.000 km. Ekspedisi Samudraraksa berlangsung dari Jakarta hingga ke Ghana (Accra) yang ditempuh dengan 4 leg perjalanan, membawa awak pelaut tradisional sebanyak 3 orang, pelaut milenial sebanyak 10 orang, hingga sejumlah awak asing lainnya. Rute yang dilalui dari Ancol menuju Seychelles (29 hari), Madagaskar (20 hari), Cape Town, dan Ghana.
Tentu pelayaran bukan hanya dilakukan bangsa Indonesia. Sejarah mencatat, terutama dengan adanya catatan-catatan pelayaran, navigasi, dan peta, bahwa bangsa lain juga melakukan pelayaran, bahkan sejak masa Mesir Kuno. Dicky Surya Atmadja mengisahkan mengenai pelayaran di berbagai bangsa, mulai dari Babilonia yang mengenal T-O Map, peta yang hanya terdiri dari Eropa, Asia, dan Afrika; peta buatan Ptolomeus yang lebih detail; dan berbagai peta dari peradaban-peradaban Asia, seperti Dinasti Fatimid dari Arab dan Al-Idris, serta peradaban Tiongkok. Ini membuktikan bahwa pelayaran telah jadi sarana penghubung antar bangsa sejak dahulu kala.