23 September 2020

13.00 - 16.00 WIB

 

Pembicara:

1. Prof. Dr. Rokhmin Dahuri (Institut Pertanian Bogor) 

2. Mizan Lubnan (Docking.Id)

3. Kaisar Akhir (Maritim Muda Nusantara)

4. Dr. Safri Burhanuddin (Kemenko Kemaritiman dan Investasi RI)

5. Kocu Andre Hutagalung (Indonesia Re)

6. Ibrahim Kholilul Rochman (Samudera Indonesia Research Initiative)

Moderator: Nugroho

 

Jalur Rempah dapat menjadi peluang ekonomi bagi Indonesia. Tiongkok telah melakukan aksi serupa dengan memajukan jalur sutra OBOR (One Belt-One Route) dan BRI (The Belt and Road Initiative). Untuk mampu memanfaatkannya, Indonesia harus terlebih dahulu memperoleh pengakuan atas inisiatif Jalur Rempah. Jalur Rempah ini dapat berperan mewujudkan pembangunan sektor kelautan; Kawasan Industri Maritim Terpadu di 23 wilayah di Indonesia; bioteknologi kelautan; kerja sama terhormat dengan negara lain, termasuk Tiongkok; memperkuat posisi Indonesia di dunia; dan mendukung pertahanan dan keamanan. 

Setidaknya ada 4 nilai yang harus dijunjung, yaitu kedaulatan, keamanan, pembangunan, dan keberlanjutan ramah lingkungan. Tantangannya adalah belum ada tanggapan kritik dan saran yang memadai untuk industri pelayaran; informasi kurang terbuka; promosi di dunia digital masih kurang; dan data kurang merata. Padahal, ekonomi kelautan, atau Ekonomi Biru, sudah menjadi visi pembangunan melalui Perpres No.16 tahun 2017. Ekonomi Biru didasarkan pada 5 asas pembangunan, yaitu inklusi sosial, pengelolaan tanpa limbah, pengelolaan yang efisien, teknologi yang inovatif dan adaptif, serta menghasilkan peningkatan ekonomi. Tidak hanya memanfaatkan sumber daya laut, peluang ekonomi dari laut juga dapat melalui sektor logistik dan transportasi laut.