Selasa, 22 September

15.00 – 17.30 WIB

 

Pembicara: 

1. Dr. Annabel Teh Gallop, FBA.  (British Library, Inggris)

2. Tom Hoogervorst, Ph.D. (Leiden University, Belanda)

Moderator: Dave Lumenta, Ph.D. (Departemen Antropologi, Universitas Indonesia)

 

Peradaban Islam juga punya peranan pada hubungan negara-negara kawasan Jalur Rempah. Annabel Teh Gallop mengamati stempel-stempel yang menjadi bukti terjalinnya hubungan tersebut. Stempel itu seolah-olah kartu nama bagi masing-masing pembuat tulisan, salah satunya adalah stempel dari masyarakat berbahasa Melayu (Indonesia, 

Malaysia, Singapura, Brunei, selatan Thailand, Kamboja, dan Filipina). Berbagai manuskrip beredar di kawasan Jalur Rempah, tidak hanya di antara masyarakat Melayu, tetapi juga dengan luar Melayu. Contohnya surat dari Kesultanan Ternate dalam bahasa Portugis yang ditujukan pada Raja Portugal. Pengiriman surat itu diketahui dari stempelnya, yakni stempel khas Sultan Khairul Jamal dan putranya, Sultan Babullah. Corak stempel Kesultanan Ternate menyerupai stempel dari Persia. 

Tom Hoogervorst menyatakan bahwa kita terhubung melebihi yang kita kira. Tidak hanya berdasarkan stempel, tetapi juga makanan. Makanan jadi bukti yang lebih merakyat dan dipahami banyak orang. Kita harus melihat kembali hubungan Jalur Rempah ini sebagai sesuatu yang akrab dengan masyarakat, bukan hanya bagi sebagian orang.