Selasa, 22 September
09.00 – 10.00 WIB
Pembicara:
1. Wawan Sujarwo, Ph.D. (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) / Perhimpunan Masyarakat Etnobotani Indonesia (PMEI))
Kekayaan rempah di Indonesia rupanya belum dimanfaatkan secara maksimal. Salah satu bukti adalah posisi Indonesia yang turun dari peringkat dua negara produsen rempah pada 2005 menjadi peringkat lima pada 2020. Padahal, India mampu mempertahankan peringkat pertama. Kekayaan rempah belum termanfaatkan dengan baik, terutama untuk ekspor.
Pendekatan etnobotani mempelajari hubungan tanaman dan masyarakat, termasuk rempah. Etnobotani juga memiliki cabang yaitu paleo-etnobotani atau arkeo-etnobotani yang mempelajari hubungan tanaman dan masyarakat di masa lalu. Penggunaan rempah bisa terlihat pada makanan, minuman, kosmetik, dan obat-obatan. Di masa lalu, rempah juga jadi simbol identitas yang eksotis dan prestise. Sejak kedatangan kolonial Eropa, penggunaan rempah makin tersingkir dan justru untuk kebutuhan rempah mengandalkan stok dari luar negeri.
Untuk melestarikan rempah di Indonesia, dapat digunakan metode pelajari-simpan-gunakan. Pelajari rempah yang ada, termasuk jenis rempah baru dari luar negeri untuk dibudidayakan di dalam negeri. Simpan persediaan rempah sesuai kebutuhan, termasuk untuk pelestariannya. Terakhir, gunakan rempah secara maksimal untuk melestarikan rempah menjadi komoditas dengan ragam fungsi dan bernilai tinggi.