Selasa, 22 September
13.00 – 15.00 WIB
Pembicara:
1. Prof. Dr. Vishva Nath Attri (Studi Samudra Hindia, Indian Ocean Rim Association)
2. Azad Hind Nanda, Ph.D. (Nalanda University, India)
Moderator: Maulana Ibrahim, Ph.D. (Universitas Khairun, Ternate, Indonesia)
Pentingnya Jalur Rempah tidak hanya karena ramainya pertukaran barang, tetapi juga pertukaran budaya. Interaksi yang terjalin tidak hanya didasarkan pada barang yang diperdagangkan, tetapi juga hubungan antara sesama manusia. Pertukaran budaya dalam hubungan ini membuat orang-orang di dalamnya memiliki kesamaan, seperti misalnya pada bahasa yang mereka gunakan. Dengan berkomunikasi dan menjalin hubungan, bukan penjajahan, Jalur Rempah jadi contoh globalisasi yang ramah karena negara-negara tidak mengenal posisi rendah/tinggi, tetapi setara. Salah satu yang membuat hubungan itu bisa terjadi adalah karena kawasan perairan. Untuk itu, Vishva Nath Attri mengusulkan perairan tidak hanya jadi jalan untuk saling berinteraksi, tetapi juga jadi tujuan dan peluang untuk ekonomi itu sendiri. Caranya adalah dengan memajukan pariwisata laut dan bawah laut di Jalur Rempah.
Pentingnya peran alam memang tidak bisa disangkal. Azad Hind Nanda menjelaskan bahwa karena alam pula, Kerajaan Sriwijaya di Sumatera bisa punya relasi dengan Kerajaan Nalanda di India. Pelayaran pada saat itu bergantung pada hembusan angin musim. Ahli agama dari Nalanda dalam pelayaran mereka bermukim untuk beberapa bulan di wilayah Kerajaan Sriwijaya sembari menunggu angin musim berganti ke arah tujuan mereka. Selama bermukim mereka menjalin hubungan dengan Kerajaan Sriwijaya dan terjadi pertukaran ilmu pengetahuan. Hubungan ini masih terjaga ketika ahli agama itu kembali ke Nalanda. Di masa kini, hubungan ini bisa diteruskan menjadi kerja sama untuk memajukan masyarakat masing-masing, terutama dengan semangat inovasi dan peluang ekonomi kelautan yang telah menghubungkan negara-negara di Jalur Rempah.