Loading...

TEASER Pasarempah 3 Fest 03 Artboard 8

  • Klinik Pemahaman Hak Atas Kekayaan Intelektual bersama Kementerian Hukum dan HAM di tanggal 14 Juni 2021 (13:00 – 15:00)
  • Klinik Creative Content Development bersama Konten Kreator YNR di tanggal 15 Juni 2021 (13:00 – 15:00)
  • Klinik Desain Kemasan dan Branding bersama YNR di tanggal 16 Juni 2021 (13:00 – 15:00)
  • Klinik Pengurusan Perijinan dan Standarisasi bersama Badan POM di tanggal 21 Juni 2021 (13:00 – 15:00)
  • Klinik Sertifikasi Halal bersama Kementerian Agama di tanggal 22 Juni 2021 (13:00 – 15:00)
  • Klinik Sertifikasi Kesehatan Panganbersama Kementerian Pertanian di tanggal 28 Juni 2021 (13:00 – 15:00)
  • Klinik Standarisasi Industri bersama Kementerian Perindustrian di tanggal 29 Juni 2021 (13:00 – 15:00)
  • Klinik Sertifikasi Organik dan HACCP bersama Sucofindo di tanggal 5 Juli 2021 (13:00 – 15:00)
  • Klinik Franchise Dalam dan Luar Negeri bersama Kementerian Perdagangan di tanggal 6 Juli 2021 (13:00 – 15:00)
  • Klinik Memahami Karakter Pasar Internasional bersama perwakilan Konsulat Jenderal RI di tanggal 12 Juli 2021 (13:00 – 15:00)
  • Klinik Memulai Bisnis Menuju Pasar Internasional bersama ITPC di tanggal 13 Juli 2021 (13:00 – 15:00)

Setelah mengikuti berbagai klinik di atas, setiap peserta diminta untuk membuat profil bisnis dan prospektus yang akan dibutuhkan pada rangkaian program selanjutnya di Spicepreneur Forum.

Informasi dan biaya registrasi sila klik:

SPICEPRENEUR Pasarempah 3 Fest 05

Mari bergabung dan dapatkan informasi peluang ekspor, hingga kontak dengan pembeli potensial di Spicepreneur Forum. Dapatkan kesempatan untuk berkonsultasi dengan para mentor melalui berbagai klinik dan sesi berbagi bersama para pelaku pasar baik di dalam dan luar negeri. Ikuti rangkaian program yang mempertemukan para pelaku pasar/usaha, komunitas, peneliti/akademisi, pemerintah dan media dalam rangka pengembangan berbagai program berkelanjutan yang mengedepankan rempah-rempah Indonesia sebagai komoditas unggul.

Temu bisnis, pengembangan usaha, investasi dan pemodalan.

Informasi dan biaya registrasi sila klik:

REMBUKRAYA Pasarempah 3 Fest Artboard 6

Mari bergabung dan sampaikan usul-usul perbaikan pada pemangku kebijakan untuk kesatuan tatanan keekonomian rempah yang berkesinambungan. Ikuti rangkaian program yang mempertemukan para pelaku pasar/usaha, komunitas, peneliti/akademisi, pemerintah dan media dalam rangka pengembangan berbagai program berkelanjutan yang mengedepankan rempah-rempah Indonesia sebagai komoditas unggul.

Informasi dan biaya registrasi sila klik:

TEASER Poster Omnibus

  • Ternate, 21-25 Agustus
  • Banjarmasin, 6-9 September
  • Medan, 20-23 September
  • Padang, 1-4 September
  • Jakarta, 11-14 Oktober
  • Bali, 22-25 Oktober
  • Surabaya, 28-31 Oktober

Mengundang sahabat-sahabat dari berbagai pelosok Nusantara untuk bergabung bersama kami dalam rangka bersama-sama saling memperkuat potensi ekonomi rempah Indonesia. Hubungi kami atau komunitas yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Negeri Rempah di bawah ini dan daftarkan keikutsertaan Anda!

  • Indonesia Timur: Ternate Heritage Society, Niru Daya, Limau Jiko
  • Indonesia Tengah: Komunitas Dupa
  • Indonesia Barat: Hysteria, Beranda Warisan Sumatra, Sahabat Cagar Budaya, Telinsong Budaya Belitung

Ada banyak cara untuk mendekatkan hubungan sesama kampus baik di dalam maupun luar negeri. Bisa dengan seminar, konferensi internasional, summer school, atau science camp antar beberapa perguruan tinggi. International Cultural Culinary Festival (ICCF) 2021 menjadi salah satu upaya Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mendekatkan diri dengan dunia, sekaligus mempererat kerjasama yang sudah terjalin.

Rektor UMY Dr. Ir. Gunawan Budiyanto MP., IPM., menjelaskan bahwa langkah UMY untuk mendekatkan diri dengan dunia sudah dimulai sejak 2006 lalu, dan pada 2016 hingga saat ini sudah banyak aktivitas dalam mendukung hal tersebut salah satunya dengan menggelar ICCF 2021 yang notabene sebagai alat tukar budaya.

“Budaya merupakan sebuah alat yang luwes yang bisa menembus perbedaan cara pandang politik, bio strategis dan sebagainya. ICCF 2021 tetap diadakan terus meski pandemi, terus menjalin hubungan baik dengan rekanan universitas dalam dan luar negeri. Mudah-mudahan ini bisa memberikan dampak pengaruh atmosfer akademik, atmosfer internasional kepada sivitas akademika UMY,” ujarnya.

Lanjut Gunawan, ICCF menjadi sebuah jembatan yang penting bagi UMY membuka kerjasama baru dalam hal akademik. “Tukar budaya dan kuliner di acara ini, secara tidak langsung ikut mengembangkan program akademik seperti student exchange, akhirnya ini menjadi pintu masuk untuk kerjasama penelitian dan pengabdian masyarakat.”

ICCF 2021 merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan UMY sejak 2015. Pada penyelenggaraan yang keenam tahun ini, kegiatan tak bisa sepenuhnya dilakukan secara offline dan diganti menjadi online. Kendati begitu, ICCF 2021 tetap melaksanakan lomba memasak (Food Vlog) dengan jumlah 18 video, menyanyi lagu tradisional (4 video), menari tarian tradisional (4 video), storytelling (8 video), dan UMY Campus Tour (2 video). Dengan total 21 Negara berpartisipasi dalam kegiatan ICCF 2021.

Selain itu, pengenalan Jalur Rempah di Indonesia dan Batik Indonesia menjadi salah satu kegiatan yang dilaksanakan. Hal ini tak lain untuk memperkenalkan bahwa Indonesia memiliki rempah-rempah yang melimpah, dan identitas batik sebagai ciri khas.

Dewi Kumoratih Kushardjanto, Direktur Eksekutif Negeri Rempah Foundation mengatakan sesuai sejarah jalur rempah Indonesia itu sudah terjadi semasa kolonialisme dan bahkan jauh sebelumnya, yaitu pada masa kerajaan-kerajaan. “Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di dunia dalam hal keanekaragaman hayati. Terdapat 10.000 jenis tumbuh-tumbuhan endemik, yang tidak bisa ditemui di negara lain. Inilah yang harus menjadi kebanggaan kita (bangsa Indonesia, red) bersama.” tukasnya.

 

Sumber: ICCF 2021 UMY: Dekatkan Dunia Lewat Budaya dan Kuliner – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Nationalgeographic.co.id—Mulai dari sampah plastik hingga serpihan jala ikan yang melayang-layang di lautan, menjadi ancaman rusaknya lingkungan perairan dunia. Limbah seperti itu diperkirakan berhubungan dengan aktivitas manusia seperti pariwisata hingga industri yang mencemar lingkungan.

Untuk itu, Thomas Bell dari Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA) menyebut perlunya pemahaman dan manajemen kesadaran lingkungan yang berkelanjutan di beberapa negara yang memiliki kawasan laut lewat ekonomi biru (blue economy).

Sehingga, lingkungan laut tetap terjaga sambil beriringan dengan perkembangan ekonomi. Terlebih, bagi negara-negara yang memiliki kawasan perairan, laut adalah sumber pemasukan utama baginya.

"Tentunya ini (ekonomi biru), karena konsepnya relaitf baru dan masih dalam pengembangan, jadi tentunya banyak pandangan terkait ini," ujarnya dalam Youth International Forum on Spice Route yang digelar Negeri Rempah.

Setidaknya, ia menyebutkan ada beberapa kunci yang dapat difokuskan untuk penerapan ekonomi biru ini, yakni ekoturisme, perikanan, pencegahan zat-zat berbahaya, penanggulangan risiko bencana, hingga manajemen penggunaan lahan.

Tetapi yang jadi faktor penting dalam mengatur lautan dan pesisir demi pembangunan ekonomi demi menjaga lingkungan, perlu diperhatikan pada penggunaan energi, ketersediaan air bersih, dan manajemen penggunaan lahan.

"Itulah yang akan membangun pertumbuhan ekonomi, tak hanya dapat menopang [lingkungan] tapi juga adil, dan berintegrasi pada pendekatan antara industri, pemerintah, dan juga tak ada fokus tunggal karena itu juga gambaran dan inovasi yang diberikan secara sains," jelasnya.

Selain tawaran sistem untuk pemerintah, Bell juga menjelaskan betapa pentingnya kesadaran menjaga ekosistem sekitar pada masyarakat maupun perusahaan.

"Kita tahu kalau air itu datang dari hujan turun di gunung, mengisi sungai, dan banyak manfaat. Tapi kita juga harus sadar juga seperti berapa lama ekosistem itu dapat menopang hingga akhrinya rusak," ungkapnya.

Manusia memiliki kedekatan dan bergantung pada lingkungan sekitarnya. Kondisi alam yang rusak menyebabkan kerugian besar yang tak terkira, dan patut diperhitungkan oleh manusia sebagai yang bertanggung jawab atas kerusakan itu.

Robert Costanza dari Australian National University dalam jurnal Global Environmental Change, memperkirakan kerugian kerusakan lingkungan pada 2011 diperkirakan sebesar 125 triliun dolar per tahun. Kerusakan itu umumnya disebabkan regulasi yang buruk dalam pengelolaan lingkungan, dan aktivitas korporasi berskala regional hingga global.

2502679140.jpeg

Menanggapi temuan itu, Bell berujar, "Kalau begitu kan kita harus mengurangi dampak dari pemanasan global dengan membuat energi yang ramah di udara, lautan, perairan, dan menstabilkan garis pantai."

Dalam konteks kelautan, ia menilai bahwa negara-negara yang memiliki kawasan laut seperti Indonesia harus memperhatikan hal ini. Terlebih, Indonesia bersama negara-negara Asia Tenggara lainnya juga memanfaatkan jalur dagang laut yang telah terbentuk sejak berabad-abad lamanya yang disebut jalur rempah.

"Ini juga selaras dengan pandangan ekonomi hijau yang hendak memngembangkan SDM, membangun perekonomian sosial, dan mengurangi dampak risiko lingkungan yang sekaligus mengurangi kemiskinan," jelasnya.

Hingga saat ini, Indonesia sedang berupaya untuk dapat menjaga ekosistem lautannya sambil mengembangkan ekonominya.

Ketua Maritim Muda Indonesia, Kaisar Akhir memaparkan dalam forum yang sama, bahwa pihaknya sedang menggandeng beberapa pihak dari kementerian, akademisi, peneliti, dan pebisnis, demi menciptakan ekonomi biru.

"Kita bisa lihat dari industri [4.0] ini, kita memanfaatkan indikator dengan intielegent production incorporated lewat IT, teknologi, dan big data. Dan Indonesia sendiri memiliki visi untuk menjadi Top 10 Global Economy," katanya.

"Di bidang otomotif, kita sedang menggandeng beberapa pihak untuk membuat teknologi dari energi terbarukan seperti perahu dan kapal yang memakai energi matahari. Atau di bidang kimia, kita sudah mulai untuk mencoba membudidayakan alga untuk dijadikan biogas, dan memproduksi bio-plastik."

Sumber: https://nationalgeographic.grid.id/read/132637321/konsep-ekonomi-biru-solusi-ramah-lingkungan-di-laut-dan-laju-industri?page=all

Nationalgeographic.co.id—Jalur rempah bisa dibilang merupakan jembatan perdagangan tanaman-tanaman eksotis ke masyarakat dunia. Di masa lalu saja, bumbu menjadi benda mewah bagi masyarakat Timur Tengah yang keberadaannya bisa dilacak pada mumi firaun di Mesir.

Spesialis Program Budaya UNESCO, Moe Chiba mengungkap, bahwa jalur rempah juga bisa disebut sebagai jalur sutera maritim memiliki dampak pemahaman budaya dan politik. 

"Di jalur rempah ada beragam umat manusiaut—amanya orang Austronesia—yang secara lintas waktu dalam situasi geografis berkembang melintasi lautan untuk bertukar budaya dari Samudera Pasifik dan Hindia," terangnya di webinar Youth International Forum on Spice Route - Public Talks 2 yang diadakan Negeri Rempah Foundation, Senin (05/04/2021).

"Kalian pasti pernah dengar bila Borobudur dan Angkor Wat punya hubungan kesamaan dalam gaya aristektur. Itu berkat dari jalur ini. Jadi jalur ini bukan hanya soal rempah dan periode datang dan pergi ke kawasan itu."

Walau interaksi budaya dan politik ada di masa lalu, jalur ini bisa dimanfaatkan di dunia modern seperti hari ini untuk menyelesaikan masalah-masalah mancanegara.

Ia memberi gambaran kasus seperti masalah Laut Tiongkok Selatan yang dirundung konflik antara Tiongkok dan negara-negara Asia Tenggara akibat sengketa perbatasan laut. Penyelesaian sengketa itu bisa dimulai dari penjagaan warisan sejarah yang tenggelam di sana yang juga bagian dari jalur rempah.

Lewat studi yang melibatkan negara-negara sekitar, dipercaya dapat membuka diskusi kerjasama untuk memabahas sengketa itu lewat bukti-bukti yang ada.

"Penjagaan ini tentunya butuh biaya untuk membayar untuk mencegah dampak [buruk], dan kerusakan peninggalan," Chiba berpendapat. "UNESCO bisa berperan di situ. Bukan sebagai eksploitasi yang banyak dipertanyakan sebagai trafficking heritage untuk komersial. Tetapi untuk para ilmuwan bisa mengkajinya."

Jika negara-negara sekitar mau melakukannya, menurutnya itu adalah langkah yang baik untuk langkah yang lebih jauh di depan untuk pengembangan pengetahuan dan sengketa.

Melansir dari Antara, sengketa Laut Tiongkok Selatan disebabkan batas laut yang masih rancu antara negara-negara sekitar seperti, Vietnam, Malaysia, Brunei, Filipina, dan Tiongkok.

Untuk menyelesaikannya, PBB mengengahinya dengan hukum internasional lewat UNCLOS. Tetapi hukum ini tak dipatuhi oleh Tiongkok dengan klaim sepihak.

Menurut pakar hukum Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, hal itu disebabkan penetapan Nine Dash Line yang dilakukan Tiongkok yang dianggap sebagai tempat penangkapan ikan oleh nelayan tradisional mereka sejak dahulu.

Masalah temporer yang bisa ditangkap dari mempelajari jalur rempah, menurut Fefi Eka Wardiani Climate Reality Indonesia, adalah perubahan iklim. Ia berpendapat, bahwa rempah adalah tanaman epidemik yang hanya bisa tumbuh di tempat asalnya.

"Perubahan iklim akan berdampak pada tanaman epidemik seperti rempah. Itu akan membuatnya susah tumbuh dan jadi punah," katanya di forum tingkat mancanegara itu.

"Dampak ini setidaknya juga jadi kesadaran buat pengusaha rempah untuk mengetahui penyebab dan harus bertindak apa. Kalau rempah susah tumbuh bahkan punah, mau apa yang dijual?"

Ancaman lainnya bagi petani dan pengusaha rempah masa kini adalah mulai bermunculnya spesies tanaman invasif. Ia menilai, keberedaannya yang sangat berbahaya bagi ekonomi, lingkungan, dan kesehatan manusia itu sendiri.

Ia menyarankan agar pengusaha rempah untuk menerapkan Balance Ecosystem yang dipelajarinya di Taiwan. Sebuah ekosistem mini yang layak untuk hewan, tumbuhan, hingga mikroorganisme yang saling membutuhkan untuk menjadi siklus dan membentuk energi terbarukan.

Menurutnya, proses itu bisa diterapkan di negara-negara yang memproduksi rempah seperti Indonesia. Sehingga keutuhan jalur rempah di masa modern bisa terjaga.

 

Sumber: Jalur Rempah, Rute Dagang yang Menyimpan Solusi Masalah Masa Kini - Semua Halaman - National Geographic (grid.id)

CALL FOR PAPER & ARTWORK

(Poster, Photography Essay, Short Video)

International Forum on Maritime Spice Trading Routes and Cultural Encounters in Indo-Pacific: Past, Present and Future

Conference co-hosts: Maranatha Christian University (Bandung, INDONESIA) and Fujian Normal University (Fuzhou, CHINA);

Supported by: ICOMOS Indonesia and Negeri Rempah Foundation (INDONESIA)

Theme: "Maritime Trade Routes Creating Global History for Indo-Pacific Nations"

Abstract & artwork concept submission deadline : 14 March 2021

Conference (virtual/zoom platform) : 15-16 June 2021

Keynote Speakers:

  • His Excellency Mr Djauhari Oratmangun, Ambassador of Indonesia for People's Republic of China and Mongolia* (in confirmation)
  • Dr. Junus Satrio Atmodjo*, Board of Trustees Negeri Rempah Foundation (in confirmation)
  • Hilmar Farid, PhD.*, Director General of Culture, Ministry of Education and Culture Republic of Indonesia (in confirmation)
  • Prof. James Chin, Zhejiang University – China
  • Prof. Xu Liping, China Academy of Science – China
  • Dr. Dedi S. Adhuri, Indonesian Academy of Science - Indonesia
  • Anna Luli, PhD., Fujian Normal University – China
  • Prof. Johannes Widodo, National University of Singapore – Singapore
  • Prof. Dr. Leonard Y. Andaya, University of Hawai – Honolulu

As output of this international conference, selected papers will be offered:

  • To be published as book chapters by internatinal pulisher (in process)
  • For submission to related national Sinta indexed scientific journals:
    • SeratRupa Journal of Design (Sinta 5)
    • Jurnal Manajemen Maranatha (Sinta 4)
    • Journal of Medicine and Health (Sinta 4)
    • Journal of Integrated System (Sinta4)
    • Jurnal Bahasa Rupa (Sinta 3)
    • Waca Cipta Ruang (Sinta 5)
    • Jurnal Teknik Sipil (Sinta 5)
    • Humanitas Journal of Psychology (Sinta 4)
    • Perkumpulan Pengelola Jurnal Bahasa dan Sastra Indonesia dan Pengajarannya (PPJB-SIP)
    • Merta (Sinta 2)
    • Religious (Sinta 2)
    • Jurnal Rupa (Sinta 4)
    • Jurnal Idealog (Sinta 4)
    • Dialogia Iuridica (Sinta 4)
    • Jurnal Akuntansi (Sinta 5)
    • Jurnal Demandia (Sinta 3)
    • And other journals that match the topic

Submission format for posters, photography essay:

  • Size: 297 mm x 420 mm (A3)
  • Resolution: 72 px/inch
  • Format: PDF (single file)

Video:

  • Maximum Resolution: 1920x1080px
  • Ratio: 16:9
  • Format: mp4
  • Duration: one minute maximum

For detailed information on topics of interest, schedules and submission, please visit: https://artmaranatha.net/

Secretariat:

  • Qianqian Luli, Ph.D.
    Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
    Mobile phone: +86 15019483385
    Wechat ID: mandarinorange
  • Elizabeth Susanti, Ph.D.
    Email: Alamat email ini dilindungi dari robot spam. Anda memerlukan Javascript yang aktif untuk melihatnya.
    Mobile phone with WA : +62 82119779818

International-Forum-on-Maritime-Spice-Trading-Routes-and-Cultural-Encounters-in-Indo-Pacific-Past-Present-and-Future.jpg

Inisiatif menarik datang dari para sukarelawan Negeri Rempah yang berprofesi sebagai desainer. Menyikapi kondisi pandemi, muncullah gagasan untuk membuat sebuah pameran virtual yang mengetengahkan sejarah perdagangan rempah berdasarkan buku Kisah Negeri-Negeri di Bawah Angin. Pameran yang masih dapat dikatakan merupakan purwarupa, sudah dapat diakses melalui website Negeri Rempah.

Pameran virtual ini memberikan ide lanjutan untuk menjadikan sebagai museum rempah virtual yang bersifat kolaboratif, membuka ruang bagi jejaring Negeri Rempah untuk turut mengisi dan memperkaya narasi Jalur Rempah sebagai sebuah koridor budaya.

Model UN Youth IFSR Web Banner B

CALL FOR DELEGATES!

IORA Council of Ministers (CoM) Meeting Simulation 2021

“Redeveloping Interconnectivity : Towards ‘Spice Route' as the World Heritage"

Council

Indian Ocean Rim Association (IORA)

Topics

Spice Route as Common Heritage

Biodiversity

Human Adaptation and Resilience

Climate Change and Sustainable Development Goals

Maritime Security


 

Latar Belakang

Yayasan Negeri Rempah adalah organisasi nirlaba dengan lingkup sosial-budaya yang didedikasikan bagi peningkatan kesadaran masyarakat untuk belajar dan memperoleh pengetahuan tentang kebhinnekaan Indonesia melalui kegiatan-kegiatan pendidikan dan kebudayaan. Yayasan Negeri Rempah mengusung Jalur Rempah karena memberikan perspektif kontekstual yang unik sebagai pintu masuk untuk mendorong publik agar memiliki pengetahuan dan pemahaman terhadap keragaman yang telah membentuknya. Berkat rempah-rempah, Nusantara menjadi tempat bertemunya manusia dari berbagai belahan bumi yang sebagian besar memiliki semangat bukan semata untuk berdagang, tetapi untuk membangun peradaban. Nusantara menjadi simpul penting pertukaran antarbudaya yang mempertemukan berbagai ide/gagasan, konsep, ilmu pengetahuan, agama, bahasa, estetika, hingga adat kebiasaan. Jalur perdagangan rempah-rempah melalui laut inilah yang menjadi sarana bagi pertukaran antarbudaya yang berkontribusi penting dalam membentuk peradaban dunia.

Salah satu program Yayasan Negeri Rempah adalah International Forum on Spice Route (IFSR), sebuah forum tahunan yang diadakan sejak 2019. Forum ini membuka peluang dialog lintas batas dan lintas budaya dalam meninjau kembali jejak pertukaran antar budaya berbasis Jalur Rempah yang menjadi pusaka alam dan pusaka budaya warisan bersama (common heritage) dalam lingkup regional. Dalam konteks yang lebih strategis, forum ini meletakkan Indonesia ke dalam percaturan perbincangan dunia (mulai wilayah regional Asia Tenggara hingga Kawasan Samudera Hindia) dengan perspektifnya yang unik dalam memaknai sejarah pertukaran antar budaya di salah satu jalur perdagangan berbasis maritim tersibuk di dunia.

Program Jalur Rempah mengemban misi meningkatkan kesadaran masyarakat di daerah dan dunia internasional tentang sejarah dan peran Indonesia di masa lalu serta potensi peran Indonesia di masa depan. Dukungan dari negara-negara sahabat di perlintasan jalur rempah dan dunia internasional secara luas akan mempermudah pengajuan dan pengakuan Jalur Rempah sebagai Warisan Dunia.

Sebagai salah satu upaya untuk melaksanakan misi budaya dan menanamkan pengetahuan mengenai rempah dan jalur rempah kepada generasi muda, maka Yayasan Negeri Rempah bekerja sama dengan Maritim Muda Nusantara, akan menyelenggarakan kegiatan Youth-IFSR 2021 yang dirancang secara khusus melalui kegiatan yang akrab di kalangan pemuda untuk memenuhi ketertarikan mereka dalam membahas isu-isu internasional.

Maksud, Tujuan, dan Manfaat

Kegiatan Youth-IFSR adalah kegiatan pertama IFSR yang secara spesifik ditujukan kepada pemuda. Kegiatan ini bertujuan untuk:

  • Mewujudkan misi diplomasi budaya Jalur Rempah di tahun 2021;
  • Memberikan pengetahuan dan sosialisasi mengenai rempah/jalur rempah sebagai warisan bersama;
  • Memberikan kesempatan bagi pemuda di Asia Tenggara untuk mengenal lebih dalam kekayaan rempah Indonesia;
  • Membangun jejaring antar pemuda yang memiliki ketertarikan di isu diplomasi, maritim dan rempah;
  • Menjaring pemuda berbakat yang akan menjadi peserta pertukaran pelajar diplomasi budaya Jalur Rempah.

Topik Pembahasan

Tema kegiatan Youth-IFSR adalah Redeveloping Interconnectivity: Towards “Spice Route” as the World Heritage (Membangun Kembali Interkonektivitas: Menuju “Jalur Rempah” sebagai Warisan Dunia), sesuai dengan misi diplomasi budaya Jalur Rempah di tahun 2021. Beberapa topik pembahasan utama pada kegiatan ini adalah adaptasi dan resiliensi manusia dalam kebencanaan (human adaptation and resilience in disasters), aspek keamanan dan budaya maritim (maritime security and maritime culture), rempah sebagai warisan bersama (spices as a common heritage), keanekaragaman hayati (biodiversity), kerja sama internasional melalui Indian Ocean Rim Association (IORA) (international cooperation through IORA) serta isu terkait Sustainable Development Goals (SDG).

Jadwal Kegiatan

Kegiatan Youth-IFSR 2021 akan dilaksanakan pada Senin-Rabu, 5-7 April 2021 secara dalam jaringan (daring) dan menggunakan sarana pertemuan virtual.

Senin, 5 April 2021

Pembukaan Youth-IFSR dan Seminar Redeveloping Interconnectivity: Towards “Spice Route” as the World Heritage.

Kegiatan akan diawali dengan pembukaan Youth-IFSR secara resmi dan dilanjutkan dengan Seminar yang menghadirkan perwakilan dari pihak-pihak terkait serta pakar di bidang maritim dan rempah. Melalui kegiatan ini, para peserta akan mendapatkan informasi terkait dengan topik yang akan dibahas pada simulasi sidang.

Selasa-Rabu, 6-7 April 2021

Simulasi Sidang/Pertemuan IORA

Peserta akan mengikuti simulasi sidang/pertemuan IORA seperti kegiatan Model United Nations (MUN) atau Model ASEAN Meeting.

  • Pada hari pertama simulasi sidang, peserta akan menyampaikan posisi negara melalui general statements, mendiskusikan topik-topik pembahasan terkait agenda pertemuan serta membuat working paper.
  • Pada hari kedua simulasi sidang, peserta akan melakukan presentasi working paper dan menyusun draft Joint Communique. Kegiatan akan diakhiri dengan pengumuman delegasi terbaik dalam pertemuan simulasi sidang.

Peserta

Sasaran peserta kegiatan Youth-IFSR 2021 adalah pelajar tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan mahasiswa di kawasan Asia Tenggara.

Pendaftaran

bit.ly/yifsr1registration

REMPAH-rempah sebagai bahan dasar obat tradisional sudah menjadi aset murni bangsa Indonesia. Sejarah mencatat komoditas ini pernah menjadi rebutan bangsa-bangsa Eropa yang mencari rempah sebagai bahan pengawet makanan yang digunakan terutama di musim dingin.

Data Food and Agriculture Organization (FAO) pada 2016 menyatakan Indonesia adalah negara penghasil rempah-rempah terbesar ke-4 di dunia dengan total produksi 113.649 ton serta total ekspor mencapai USD 652,3 juta. Dari data Negeri Rempah Foundation, sekitar 400-500 spesies rempah di dunia, 275 di antaranya berada di kawasan Asia Tenggara dan sebagian besar berada di Indonesia hingga Indonesia dijuluki sebagai Mother of Spices. Banyak penelitian dari lembaga luar maupun lokal yang membuktikan bahwa bahan-bahan dasar herbal dan jamu tersebut sangat baik untuk meningkatkan imunitas tubuh. Sejak abad ke-15 rempah-rempah sudah diracik sebagai ramuan yang dipercaya secara turun menurun untuk menjaga kesehatan tubuh. Menurut Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada Suwidjiyo Pramono, kunyit dan temulawak merupakan salah satu jenis rempah-rempah yang bisa mendukung pengobatan medis bagi penderita kanker, khususnya efek samping kemoterapi. “Herbal bisa menjadi terapi penyembuhan, tergantung dari jenis penyakitnya. Untuk kanker, obat tradisional tidak bisa menjadi anti kanker, namun agar pengobatan medis kanker bisa lebih efektif, memanfaatkan bahan rempah-rempah bisa menjadi solusi,” tuturnya di Jakarta, Kamis (23/1). Menurut Suwidjiyo, saat ini banyak produsen-produsen herbal dan jamu ilegal yang produknya bisa berbahaya bagi masyarakat. Ia pun mengapresiasi langkah Badan POM yang sering melakukan penindakan terhadap produk-produk seperti ini. “Sayangnya, ‘tangan’ BPOM itu belum banyak. Tenaganya harus ditambah, khususnya di daerah-daerah yang belum terjangkau dan belum diambil sampling. Harapan saya, deputi khusus yang baru dibentuk di lembaga ini bisa menghilangkan obat-obat ilegal, jamu ilegal dan juga bahan kimia obat atau BKO.”

Suwidjiyo juga berharap, dengan adanya deputi khusus maka penindakan harus dilakukan dengan konsekuen, dalam arti pelanggar harus diberikan hukuman berat. “Selama ini saya melihat produsen obat tradisional yang nakal itu tidak kapok. Mereka kerap melakukan tindakan melawan hokum seperti ini berulang-ulang. Di tingkat kejaksaan, BPOM pun hanya dijadikan saksi saja. Deputi baru ini diharapkan bisa membuat proses hukum lebih efektif lagi,” papar Suwidjiyo. Saat disinggung mengenai peran BPOM untuk kemajuan UMKM obat tradisional, Suwidjiyo menegaskan saat ini tren mengkonsumsi ramuan tradisional, khususnya jamu sudah berubah. Pemasaran jamu mulai masuk di kalangan generasi muda atau milenial dengan strategi pemasaran yang lebih inovatif melalui kafe jamu atau jamu online. Bahkan produk jamu modern juga telah dilengkapi dengan 2D barcode untuk mempermudah masyarakat dalam mengetahui legalitas produk yang beredar. “Kafe-kafe jamu ini harus dibina, dimajukan usahanya karena sangat empirik. Yang terpenting adalah cita rasanya diterima oleh konsumen,” imbuhnya. Sejauh ini dukungan BPOM terhadap pengusaha herbal dan obat tradisional dalam meningkatkan daya saing dimulai dari hulu ke hilir. UMKM didampingi mulai dari tahap produksi hingga memperoleh Nomor Izin Edar (NIE). Lembaga ini juga mengajak industri obat tradisional menjadi Bapak Angkat UMKM jamu dengan menyediakan dukungan fasilitas, peningkatan kapasitas dan pendampingan pengembangan UMKM.  Selain itu, dari sisi riset, BPOM berkomitmen untuk melakukan pendampingan hilirisasi riset untuk mendukung kemandirian dan daya saing produk obat herbal. (OL-09)

Sumber: https://mediaindonesia.com/humaniora/285939/guru-besar-ugm-bpom-perlu-deputi-penindakan-jamu-ilegal

Jauh sebelum kedatangan bangsa Barat, para pedagang Nusantara telah memperdagangkan rempah-rempah dari Banda, Maluku, ke pelabuhan-pelabuhan di sepanjang Nusantara, bahkan sampai ke India dan Afrika. Asia Tenggara pada waktu itu adalah wilayah perdagangan yang sangat ramai. Beragam komoditas diperdagangkan di sini - mulai rempah-rempah, porselen, sutra, sampai budak-budak zanggi dari Afrika.

Dari Nusantara, berbagai komoditas tersebut menyebar di Asia Tenggara dan kemudian tersebar ke Cina, Jazirah Arab, Eropa, bahkan Afrika. Sebelum uang, yang digunakan sebagai alat tukar adalah kerang, manik-manik, moko atau genderang, dan belincung atau cangkul bermata dua.

Pada Abad Ke-9 sampai ke-16, beberapa Kerajaan Nusantara mengeluarkan uang logam dari emas, timah, perak, serta tembaga. Maraknya perdagangan bisa diketahui dari banyaknya peredaran uang tembaga kasha yang dibawa oleh pedagang Cina di Nusantara.

Rempah-rempahlah yang kemudian menjadi komoditas utama perdagangan di Nusantara. Bahkan, rempah-rempah pula yang menjadi penarik bangsa Eropa datang ke Nusantara.

 

Sumber: Nusantara Jaringan Asia dan Jalur Rempah (bi.go.id)